ARWAH PEREMPUAN GENTAYANGAN
Malam itu, Bandung seperti biasa dipadati oleh kendaraan luar kota. Dan
itu membuat kemacetan yang cukup parah di sepanjang jalan Dago. Aku yang malam
itu mengendarai sepeda motor, mencoba untuk mencari jalan agar tidak terjebak
arus macet di sepanjang jalan Dago. Aku mulai memutar balik motorku di depan sebuah
Factory Outlet, memasuki jalan kecil, jalan Hasanudin, yang padat oleh mobil
yang parkir. Dan melewati sebuah jalan yang cukup gelap.
Itu jalan Raden. Ah.. Plang jalan itu sudah mulai tidak terbaca. Motorku
berjalan pelan. Menyusuri jalan yang tidak terlalu panjang. Tapi, ketika aku
melewati sebuah Taman Kanak – Kanak di sana. Tiba – tiba saja motorku mendadak
berhenti.
“Yah.. mogok lagi nih motorku!” Lalu aku mencoba menyalakan motorku. Tapi
tidak ada hasilnya. Aku mengecek tangki bensin, tapi bensinnya masih banyak. Aku
kembali menstater motorku.
“Aduh.. Kenapa tidak mau nyala yah?” Dalam keadaan panik, tiba – tiba saja
bulu kudukku berdiri. Mendadak aku merasakan suasana yang amat sangat sepi. Ditambah
dengan rumah – rumah berarsitektur Belanda di sekelilingku. Membuatku ingin
cepat – cepat menghidupkan motorku. Hah.. Sedikit takut sih! Tapi aku mencoba
tenang. Sambil terus kembali menstater motorku.
Dan Astaga! Bau ini,, aku mencium bau busuk yang amat sangat menyengat.
Awalnya aku berpikir, “Ini sih kayaknya Bau bangkai!” Atau mungkin bau bangkai
yang berasal dari got yang berada di sebelahku. Tapi ketika tanpa sengaja ujung
mataku melihat ke arah spion. Hah! Seperti ada bayangan putih yang bergerak
cepat. Kontan aku melihat ke arah belakangku. Tapi yang ku lihat hanyalah
jalanan yang gelap dan sepi.
Dan ketika aku melihat ke arah halaman TK yang ada di sampingku. Aku melihat
ayunan yang ada di halamannya bergerak – gerak sendiri. Bergerak ke depan - ke
belakang, seolah – olah ada yang menaikinya. Namun anehnya tidak ada angin yang
kurasakan pada saat itu. Aku coba untuk tak memperdulikannya. Kuputuskan untuk
mendorong motorku dan mencari tempat yang agak tenang. Tapi sepertinya ada yang
menahan motorku. Kenapa motorku ini mendadak menjadi berat sekali? Sangat berat!
Aku melafalkan doa – doa yang ku hafal dan berhenti sejenak. Saat aku
mulai merasa tenang. Aku mencoba membuka mata. Dan….. Dan….. Ya Tuhan! Sekarang
tepat di depanku duduk seorang perempuan. Perempuan itu duduk tepat di atas
motorku. Wajahnya pucat dan dia terus menatap ke arahku dengan wajah sedih. Reflex
aku langsung membanting motorku dan berlari. Aku berlari sambil berteriak minta
tolong. Saat aku lihat ke belakang. Perempuan itu kini berdiri tepat di sebelah
motorku yang jatuh.
Sesaat setelah aku berlari dan berteriak minta tolong, seorang pria
setengah baya dan seorang pria seumuranku menyetopku dan mereka bertanya
kepadaku apa yang terjadi. Sambil tersengal – sengal, aku menjelaskannya. Setelah
aku selesai bercerita, si Bapak itu berbisik – bisik pada anaknya dan tak lama kemudian
anaknya berjalan ke arah motorku yang jatuh.
Bapak itu berkata, kalau dia meminta kepada anaknya untuk mengambilkan
motorku. Aku yang mulai tenang, sekarang duduk di bangku dekat warung sambil
mengingat kejadian yang baru saja aku alami tadi. Tak berapa lama aku mendengar
suara motorku mendekat. Kulihat anak bapak penjaga warung tadi mengendarai
motorku. Tapi.. tapi saat si anak penjaga warung itu berhenti, di bangku
belakang motorku, si perempuan itu duduk membonceng dan kembali memandangiku. Aku
yang ingin teriak mendadak tidak bisa mengeluarkan suara. Tidak bisa sama
sekali. Dan saat Bapak warung itu keluar, aku hanya menggenggam tangannya erat.
Si Bapak itu sepertinya mengerti apa maksudku memegang erat tangannya. tak lama
ia melafalkan doa – doa dengan suara pelan disusul dengan beberapa ucapan
bahasa sunda yang intinya menyuruh perempuan itu untuk pergi dan jangan
mengganggu.
Tak berapa lama kemudian, perempuan itu perlahan melayang pergi jauh. Si
Bapak yang berada di sebelahku langsung menceritakan, kalau aku memang diikuti
sosok perempuan tadi. Beberapa kali si Bapak itu juga cerita kalau dia pernah
membantu orang yang melintasi jalan ini sendirian dan melihat penampakan
perempuan tadi. Menurut cerita Bapak Warung itupun, perempuan itu selalu
menampakkan diri kepada orang yang melintas di jalan ini sendirian. Baik menggunakan mobil atau motor. Dan konon,
perempuan itu adalah korban kecelakaan tabrak lari yang terjadi belasan tahun
lalu.
Setengah jam kemudian setelah aku mengobrol dan mengetahui lebih jauh
sejarah tentang penampakkan arwah perempuan tadi, aku berpamitan langsung
pulang. Dalam hatiku saat berpamitan, aku bersumpah tak akan melewati jalan ini
lagi. Apalagi di malam hari dan sendirian.
Namun beberapa hari setelah kejadian itu. Iseng aku terpikir untuk
mampir ke warung Bapak itu untuk sekedar berterima kasih telah menolongku. Maka
saat itu setelah sepulang dari kampus ku saat itu, aku langsung menuju jalan
itu. Dan sesampainya di sana.
“Loh, warungnya mana?” Warung tepat aku menunggu waktu beberapa hari
lalu. “Kok gak ada?” aku terdiam agak lama sambil memperhatikan ke
sekelilingku. Aku ingat sekali. Warung itu
ada di posisi ini! Tapi yang aku dapati sekarang hanyalah trotoar dengan pohon
besar yang berjajar.
Tak jauh aku melihat ada seorang tukang tambal ban. Aku coba dekati
tukang tambal ban itu, dan bertanya tentang keberadaan warung yang ku cari. Tukang
tambal itu terlihat sedikit agak bingung. Saat aku tanyakan warung yang aku
maksud. Dia menjawab bahwa di sini memang tidak ada warung. Aku kembali
bertanya meyakinkan, apakah tepat di sebelah situ tidak ada warung? Diam sejenak,
lalu si tukang tambal ban itu lalu menjawab. Katanya, dulu memang ada warung. Tapi
itu sepuluh tahun yang lalu. Namun, warung itu terbakar. Bapak pemiliknya serta
dua anaknya, satu laki – laki dan satu wanita meninggal saat kejadian. Aku diam
mematung mendengarnya. Jadi, yang kemarin menolong ku itu mereka adalah……….