Halaman

Total Tayangan Halaman

Minggu, 26 Agustus 2012

26 Agustus 2012


ARWAH PEREMPUAN GENTAYANGAN

Malam itu, Bandung seperti biasa dipadati oleh kendaraan luar kota. Dan itu membuat kemacetan yang cukup parah di sepanjang jalan Dago. Aku yang malam itu mengendarai sepeda motor, mencoba untuk mencari jalan agar tidak terjebak arus macet di sepanjang jalan Dago. Aku mulai memutar balik motorku di depan sebuah Factory Outlet, memasuki jalan kecil, jalan Hasanudin, yang padat oleh mobil yang parkir. Dan melewati sebuah jalan yang cukup gelap.
Itu jalan Raden. Ah.. Plang jalan itu sudah mulai tidak terbaca. Motorku berjalan pelan. Menyusuri jalan yang tidak terlalu panjang. Tapi, ketika aku melewati sebuah Taman Kanak – Kanak di sana. Tiba – tiba saja motorku mendadak berhenti.
“Yah.. mogok lagi nih motorku!” Lalu aku mencoba menyalakan motorku. Tapi tidak ada hasilnya. Aku mengecek tangki bensin, tapi bensinnya masih banyak. Aku kembali menstater motorku.
“Aduh.. Kenapa tidak mau nyala yah?” Dalam keadaan panik, tiba – tiba saja bulu kudukku berdiri. Mendadak aku merasakan suasana yang amat sangat sepi. Ditambah dengan rumah – rumah berarsitektur Belanda di sekelilingku. Membuatku ingin cepat – cepat menghidupkan motorku. Hah.. Sedikit takut sih! Tapi aku mencoba tenang. Sambil terus kembali menstater motorku.
Dan Astaga! Bau ini,, aku mencium bau busuk yang amat sangat menyengat. Awalnya aku berpikir, “Ini sih kayaknya Bau bangkai!” Atau mungkin bau bangkai yang berasal dari got yang berada di sebelahku. Tapi ketika tanpa sengaja ujung mataku melihat ke arah spion. Hah! Seperti ada bayangan putih yang bergerak cepat. Kontan aku melihat ke arah belakangku. Tapi yang ku lihat hanyalah jalanan yang gelap dan sepi.
Dan ketika aku melihat ke arah halaman TK yang ada di sampingku. Aku melihat ayunan yang ada di halamannya bergerak – gerak sendiri. Bergerak ke depan - ke belakang, seolah – olah ada yang menaikinya. Namun anehnya tidak ada angin yang kurasakan pada saat itu. Aku coba untuk tak memperdulikannya. Kuputuskan untuk mendorong motorku dan mencari tempat yang agak tenang. Tapi sepertinya ada yang menahan motorku. Kenapa motorku ini mendadak menjadi berat sekali? Sangat berat!
Aku melafalkan doa – doa yang ku hafal dan berhenti sejenak. Saat aku mulai merasa tenang. Aku mencoba membuka mata. Dan….. Dan….. Ya Tuhan! Sekarang tepat di depanku duduk seorang perempuan. Perempuan itu duduk tepat di atas motorku. Wajahnya pucat dan dia terus menatap ke arahku dengan wajah sedih. Reflex aku langsung membanting motorku dan berlari. Aku berlari sambil berteriak minta tolong. Saat aku lihat ke belakang. Perempuan itu kini berdiri tepat di sebelah motorku yang jatuh.
Sesaat setelah aku berlari dan berteriak minta tolong, seorang pria setengah baya dan seorang pria seumuranku menyetopku dan mereka bertanya kepadaku apa yang terjadi. Sambil tersengal – sengal, aku menjelaskannya. Setelah aku selesai bercerita, si Bapak itu berbisik – bisik pada anaknya dan tak lama kemudian anaknya berjalan ke arah motorku yang jatuh.
Bapak itu berkata, kalau dia meminta kepada anaknya untuk mengambilkan motorku. Aku yang mulai tenang, sekarang duduk di bangku dekat warung sambil mengingat kejadian yang baru saja aku alami tadi. Tak berapa lama aku mendengar suara motorku mendekat. Kulihat anak bapak penjaga warung tadi mengendarai motorku. Tapi.. tapi saat si anak penjaga warung itu berhenti, di bangku belakang motorku, si perempuan itu duduk membonceng dan kembali memandangiku. Aku yang ingin teriak mendadak tidak bisa mengeluarkan suara. Tidak bisa sama sekali. Dan saat Bapak warung itu keluar, aku hanya menggenggam tangannya erat. Si Bapak itu sepertinya mengerti apa maksudku memegang erat tangannya. tak lama ia melafalkan doa – doa dengan suara pelan disusul dengan beberapa ucapan bahasa sunda yang intinya menyuruh perempuan itu untuk pergi dan jangan mengganggu.
Tak berapa lama kemudian, perempuan itu perlahan melayang pergi jauh. Si Bapak yang berada di sebelahku langsung menceritakan, kalau aku memang diikuti sosok perempuan tadi. Beberapa kali si Bapak itu juga cerita kalau dia pernah membantu orang yang melintasi jalan ini sendirian dan melihat penampakan perempuan tadi. Menurut cerita Bapak Warung itupun, perempuan itu selalu menampakkan diri kepada orang yang melintas di jalan ini sendirian.  Baik menggunakan mobil atau motor. Dan konon, perempuan itu adalah korban kecelakaan tabrak lari yang terjadi belasan tahun lalu.
Setengah jam kemudian setelah aku mengobrol dan mengetahui lebih jauh sejarah tentang penampakkan arwah perempuan tadi, aku berpamitan langsung pulang. Dalam hatiku saat berpamitan, aku bersumpah tak akan melewati jalan ini lagi. Apalagi di malam hari dan sendirian.
Namun beberapa hari setelah kejadian itu. Iseng aku terpikir untuk mampir ke warung Bapak itu untuk sekedar berterima kasih telah menolongku. Maka saat itu setelah sepulang dari kampus ku saat itu, aku langsung menuju jalan itu. Dan sesampainya di sana.
“Loh, warungnya mana?” Warung tepat aku menunggu waktu beberapa hari lalu. “Kok gak ada?” aku terdiam agak lama sambil memperhatikan ke sekelilingku. Aku ingat sekali.  Warung itu ada di posisi ini! Tapi yang aku dapati sekarang hanyalah trotoar dengan pohon besar yang berjajar.
Tak jauh aku melihat ada seorang tukang tambal ban. Aku coba dekati tukang tambal ban itu, dan bertanya tentang keberadaan warung yang ku cari. Tukang tambal itu terlihat sedikit agak bingung. Saat aku tanyakan warung yang aku maksud. Dia menjawab bahwa di sini memang tidak ada warung. Aku kembali bertanya meyakinkan, apakah tepat di sebelah situ tidak ada warung? Diam sejenak, lalu si tukang tambal ban itu lalu menjawab. Katanya, dulu memang ada warung. Tapi itu sepuluh tahun yang lalu. Namun, warung itu terbakar. Bapak pemiliknya serta dua anaknya, satu laki – laki dan satu wanita meninggal saat kejadian. Aku diam mematung mendengarnya. Jadi, yang kemarin menolong ku itu mereka adalah……….

Sabtu, 18 Agustus 2012

18 Agustus 2012


PENGALAMAN MENYERAMKAN
DI JALAN TOL CIPULARANG

Akhirnya aku pulang juga. Badanku sangat pegal. Itu karena seharian aku syuting di Bandung untuk sebuah liputan. Mataku sudah mulai mengantuk. Tapi sayangnya aku tidak bisa tidur. Karena aku harus menemani Dika, kameramenku yang juga menyetir untuk sampai ke kantorku di Jakarta. Dan kami pun masuk ke jalan penghubung Bandung – Jakarta, yang dikenal dengan Tol Cipularang.
Di mobil kami duduk bertiga. Aku duduk di depan, sebelahku Dika yang menyetir, dan satu lagi Cici yang duduk di jok belakang. Aku melihat jam menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Suasana jalan Tol Cipularang ini sedikit sepi. Karena mungkin hari biasa dan sudah larut malam juga. Aku lihat dari spion tengah Cici sudah tertidur. Dika pun menegurku untuk tidak tidur.
“Hmm.. Dasar Penakut!” kataku. Tapi memang masih hangat – hangat beberapa kejadian yang terjadi di Cipularang kilometer Sembilan puluh tujuh itu. Mungkin Dika takut melihat hal – hal aneh.
Agar tidak mengantuk, aku menyalakan Cd audio di mobil. Sambil mengobrol santai, kamipun tertawa – tawa. Iseng aku melihat ke jalan. Mmh.. Sudah masuk kilometer enam puluh.
Ketika aku sadar. “Loh,,Dik, Kok Cd Audionya mati sich?” Dika dan aku saling berpandangan. Aku nyalakan lagi Cd Audionya, dan tak lama mati lagi. Sampai beberapa kali seperti itu. “Cd Audionya rusak ya Dik? Kok mati terus sich?” tanyaku. Dika pun hanya menggelengkan kepala.
Merasa bosan, aku mencoba mencari – cari hiburan. Aku melihat sebuah mobil di depan dan bertanya kepada Dika. “Dik, coba deh, kira – kira ada berapa orang yang ada di dalam mobil itu?” Lalu Dika memberi lampu jauh. Dan terlihat dari bayangan kepalanya ada dua orang.
“Dua Orang!” Aku menjawab semangat. Dika Nampak kalah. Untuk memastikan ada berapa orang, kami menyusul mobil itu.
Dannnnn….. hah! Di dalam mobil itu, penumpangnya hanya sendiri. Aku dan Dika terdiam. Aku dapat merasakan mobil ini menjadi sangat cepat.
“Eh, Eh, Eh, Dik santai Dik!” Aku menenangkan Dika. Aku memastikan lagi dengan melihat ke spion kiri mobil. “Hah!”  Aku tersentak kaget, ketika aku melihat hal aneh. Seperti sebuah kain putih yang menempel di belakang kiri mobil dan berterbangan tertiup angin.
Aku terdiam. Tapi karena penasaran, aku pastikan melihatnya lebih jelas lagi. Aku coba melihat ke spion tengah. Aku bisa melihat Cici tertidur pulas. Tapi, seperti ada… Aku geser sedikit spion tengah mobil. ASTAGA!! Di sebelah Cici duduk seorang wanita dengan baju putih dan rambut hitam sebahu, Duduk menunduk. Reflex, aku langsung mengarahkan kaca spion itu ke atas. Dika menegurku keheranan. Sedikit emosi dia bilang, bagaimana dia bisa melihat ke arah belakang. Aku tidak menjawabnya. Dan menyuruh Dika untuk terus konsen menyetir.
Aku berusaha tenang. Walaupun mulai ketakutan. Perasaanku campur aduk. Aku ingin melihat lagi ke belakang, apa sosok itu masih ada atau tidak. Tapi aku takut. Aku coba untuk bersikap normal. Dan kembali mengobrol.
TEETTT….. TEETTT…..
Tiba – tiba, sebuah mobil member lampu tembak sambil membunyikan klakson. Dika memberi jalan mobil itu untuk menyusul. Sebuah mobil kijang berwarna merah marun dengan plat B menyusul mobil kami.
Aku sempat bercanda. “Dik, pasti tuh orang kebelet ya jadi buru – buru ngebut. Haha..” Aku dan Dika tertawa. Hingga…..
TEETTT….. TEETTT…..
Sebuah mobil di belakang memberi lampu tembak lagi. Kami memberi jalan lagi untuk mobil itu lewat. Entah perasaan ku saja atau memang mobil yang menyusul kami ini sebuah mobil kijang berwarna merah marun dengan plat B.
Aku dan Dika mendadak memperhatikan mobil itu dengan seksama. Aku bahkan menghafalkan plat nomornya dan Dika menghafalkan mobilnya. Mobil itu pun menjauh. Dika melambatkan kecepatan mobil kami.
Suasana semakin sepi. Lampu penerangan di jalan ini tidak bagus. Dan aku tidak tahu pasti ini berada di kilometer berapa. Dan sebuah mobil memberi lampu tembak lagi.
TEETTT….. TEETTT…..
Aku dan Dika mulai merasakan perasaan tidak enak. Mobil itu mulai menyusul. Aku perhatikan dengan seksama. Kaca mobil itu sangat gelap. Dan saat menyusul, secara reflex aku ambil kamera digitalku dan langsung ku foto mobil itu.
Hah! Benar saja. Itu mobil kijang merah marun lagi. Dan dengan plat nomor yang sama. Tidak akan mungkin ada mobil yang sama lewat sampai tiga kali di jalan tol. Bulu kudukku berdiri. Aku berusaha membuat Dika tetap konsen. Mobil itu melaju cepat. Dika kembali menekan gas mobil dan mencoba menyusulnya.
Di depan kami melihat sebuah truk kontainer berada di jalur kiri. Dan sebuah bis berada di jalur kanan. Mobil kijang menyalip di antara bis dan truk itu. Mobil kami pun mengikutinya.
Dan….. Mobil itu hilang! Hilang…..!!! Ini benar – benar tidak mungkin. Aku dan Dika menengok ke belakang. Dan ASTAGA! Truk dan Bis itu pun tidak ada! Dika semakin kencang mengemudikan mobil ini. Kami berdua hanya terdiam. Sampai akhirnya kami pun tiba di pintu tol dalam kota.
Esok paginya, kami membahas kejadian yang kami alami semalam. Memang banyak misteri di jalan tol Cipularang. Dan kejadian yang aku alami beserta temanku ini, juga mungkin pernah dialami oleh pengguna jalan lain di jalan tol Cipularang.
Dan pagi itu, saat aku melihat tv. Ternyata diberitakan, telah terjadi kecelakaan maut yang menimpa sebuah mobil travel di kilometer Sembilan puluh tiga. Dan aku jadi teringat kameraku. Aku membukanya. Melihat hasil foto semalam.
Hah! Bulu kudukku tiba – tiba berdiri. Aku sangat merinding. Ketika aku lihat hasil gambar itu. Terlihat sebuah papan petunjuk jalan yang tak sengaja terfoto. Yang terlihat menunjukkan kilometer Sembilan puluh tiga.

Minggu, 12 Agustus 2012

12 Agustus 2012

SUNDEL BOLONG PENUNGGU
KAMAR HOTEL

Hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan. Ucapan selamat ulang tahun diberikan terus – menerus kepadaku, entah itu lewat pesan pendek, messenger , dan situs pertemanan. Dan perayaan tak berhenti di situ saja. Ku kumpulkan beberapa teman dekatku dan mentraktir mereka sebagai balasan ucapan selamat mereka kepadaku. Hari yang menyenangkan.
Setelah menghabiskan waktu bersama teman – temanku, salah seorang sahabatku bernama Rio menelpon. Dia berkata kalo dia sedang liburan di Bandung, sampai akhir minggu ini. Dan berencana menginap di salah satu hotel di Bandung. Dan menyuruhku mampir ke hotel tempat dia menginap.  
Sudah cukup lama  juga aku tak bertemu sahabatku ini. Dan kalo dia mampir ke Bandung, walaupun sebentar, ia pasti selalu mengajakku mampir ke tempatnya menginap untuk sekedar mengobrol atau sekedar ditraktir dan nongkrong.
Jam sudah menunjukkan setengah sepuluh malam. Setelah aku sampai di parkiran hotel, aku beristirahat sedikit di mobil menarik nafas. Lalu aku ke luar dari mobil dan memasuki Lobby. Langsung menuju lift yang terletak di pojok ruangan tersebut.
Di dalam lift, aku menekan tombol lantai empat. Sesampainya di lantai empat, aku pun mencoba – coba mengingat nomor kamar yang  diberikan oleh Rio lewat telpon tadi. Karena merasa tak pasti, akhirnya aku mencoba menelpon Rio.
“Halo, Yo? E.. nomor kamar lo berapa sih? Buruan – buruan lowbat nih! Halo.. halo.. yah..!!”
Sebelum Rio menyelesaikan kata – katanya, HP ku mati. “yah.. mati nih!” Gumamku. Aku melihat ke arah kanan dan kiri, berusaha menebak – nebak kamarnya Rio. “Dimana ya? Kok sepi sekali? Gak ada penjaganya, gitu?”
Sampai tiba – tiba, dari arah dalam lift keluar seorang wanita. Wanita itu berpakaian putih seperti daster panjang, berambut agak panjang, dan wanita itu sedang hamil.
Setelah mendekat aku dapat melihat wajah wanita itu. Sangat cantik. Mukanya sedikit kurus untuk ukuran orang yang sedang hamil. Dan aku perkirakan ia mungkin sedang hamil tua. Karena ukuran perutnya sudah membesar.
Setelah berpapasan denganku, wanita tersebut tersenyum kepadaku. Ya aku  membalas tersenyum. Lalu wanita itu lanjut berjalan dengan sangat hati – hati. Lalu aku mencoba berkeliling, karena ku pikir kalo Rio pasti akan membuka pintu dan mencariku juga. Karena ia tau kalo aku sudah sampai di hotel.
Lima menit aku berjalan dan menelusuri lorong. Tapi tak ada tanda – tanda Rio. “Ah.. Salah lantai, gitu?” Karena merasa salah, aku pun berinisiatif untuk kembali ke Lobby dan bertanya kepada receptionist hotel.
Aku pun berjalan ke arah lift kembali dan menunggu lift tiba di lantai empat. Dan saat aku menunggu lift datang. Tiba – tiba.. ASTAGA! Sepertinya ada seseorang yang kini berdiri di belakangku. Aku melihatnya dan ternyata.. “Ini kan wanita yang hamil tadi? Koq sekarang sudah ada di belakangku lagi?” dia hanya terdiam dan melihat lurus ke depan sambil mengelus – elus perutnya yang hamil.
Lift pun tiba di lantai empat. Dengan kondisi yang kosong. Aku pun masuk dan berdiri di depan tombol – tombol untuk menekan lantai yang akan dituju oleh lift ini. Dan wanita hamil itu masuk. Dan berdiri di pojok lift.
“Mau ke lobby juga, Mbak?” dia hanya mengangguk sambil tetap mengelus – elus perut hamilnya, seolah memijit dengan halus perutnya tersebut. Karena tak berani melihatnya langsung, aku hanya bisa melihat wanita tersebut melalui pantulan dinding lift. Sampai…..
“Aduh, ini kenapa lagi liftnya?!!” Lampu di dalam lift berkedip – kedip hidup dan mati. Aku mulai panik. Aku mencoba berpegangan pada sesuatu. Dan Syukurlah kejadian tersebut hanya terjadi beberapa detik saja. Lampu pun menyala normal kembali. Tapi…..
Eaaaaa….. Eaaaaa….. Eaaaaa….. ehheeeekk..
Terdengar suara bayi menangis. Jelas terdengar dari arah pojok ruangan lift ini. Sontak bulu kudukku merinding. Dan tanganku gemetaran. Suara tangisan bayi tersebut sangat jelas sekali. Ini tidak mungkin! Aku hanya bisa menunduk. Aku tak berani untuk melihat ke arah pojok lift. Karena aku tahu, tak mungkin seorang bayi bisa muncul begitu saja dengan tiba – tiba.
Dan tak lama setelah itu terdengar suara wanita bersenandung, ASTAGA! Dengan rasa penasaran dan ketakutan, aku mencoba melihat ke arah pantulan pintu lift dan…..
ASTAGA!!!
Wanita tadi sekarang berdiri sambil memegang bayi di pelukannya. Walaupun tidak terlalu jelas, tapi terlihat wanita itu sedang menggoyangkan badannya sehingga terus bersenandung untuk bayinya. Aku yang ketakutan berusaha untuk tidak melihat wanita tersebut. Jujur, seluruh bulu kudukku terasa berdiri. Kaki dan tanganku gemetar. Gemetar karena ketakutan. Dan sekarang aku melihat tangan wanita itu menjulur dan akan memegang bahuku.
“Ya TUHAN….. Tolong Aku Ya TUHAN….. ASTAGHFIRULLOH…..”
Semakin jelas dan semakin terasa di belakangku tangan wanita itu mendekat. Dan tiba – tiba saja seisi lift ini pun berbau sangat tidak sedap. Seperti bau bangkai. Aku mulai pusing. Sampai lift pun terbuka tanpa melihat ke belakang lagi, aku pun langsung berlari keluar. Aku duduk sejenak di sofa yang ada di lobby. Mengatur nafasku dan tiba – tiba saja seseorang datang menghampiri diriku.
Ternyata itu Rio. “Yo, cabut langsung aja yuk! Gua gak enak badan nih asli.” Kataku kepada Rio. Tapi Rio malah mengajakku kembali ke kamarnya, dan katanya ada oleh – oleh yang mau dia berikan. Dia berjalan, dan aku mengikutinya masuk ke dalam lift.
Sampailah kita di lantai empat. Kita langsung masuk ke kamarnya Rio yang berada di lantai ini. Di dalam kamar, Rio permisi sebentar untuk masuk ke kamar mandi. Aku yang merasa sangat lelah. Langsung menuju tempat tidur untuk tidur - tiduran sebentar, sekedar menutup mata sambil menunggu Rio selesai dari kamar mandi. Belum lama aku memejamkan mata. Tiba – tiba…..
Eheeekk….. Eheekk.. Eaaaaa….. Eaaaaa…..   
Terdengar suara bayi lagi! Suara tersebut terdengar sangat dekat denganku. Kontan aku terbangun. Dan.. ASTAGA!!! Di sampingku kini ada bayi yang menangis. Lalu, Ah….. aduh dari arah belakangku seperti ada sesuatu yang menendang kepalaku. Saat ku lihat ke belakangku, Dan….. Di Atasku, aku melihat sosok wanita tadi yang ku lihat di lift. Namun kini sosok wanita itu berada di atasku. Lehernya tergantung di sebuah tali yang terbuat dari kain. Dan wanita itu dalam posisi gantung diri di tengah – tengah ruangan. Matanya yang melotot melihat ke arahku. Dengan suara tangisan yang terdengar mengerikan. Juga posisi tangannya, yang sepertinya berusaha menggapai sosok bayi yang berada di sampingku. Aku yang sangat ketakutan, saat itu berusaha lari ke luar kamar. Dan berteriak minta tolong.
Tolong….. Tolong….. Tolong…..
Sampai akhirnya, seorang bapak – bapak berpakaian seperti karyawan hotel mendorongku hingga jatuh dan lalu menyipratkan air beberapa kali dan mengusapkan ke wajahku sambil mebaca – baca doa. Aku yang kebingungan di bawa ke ruang security oleh bapak – bapak tersebut. Lalu ia bercerita. Bahwa yang kulihat barusan adalah sundel bolong penunggu salah satu kamar di hotel ini.
Dulu sekali, di salah satu kamar di sini. Ada seorang wanita hamil yang bunuh diri. Dan terkadang sering muncul mengganggu orang yang bekerja di sini. Tapi baru kali ini saja, ia mengganggu tamu yang ada di hotel ini. Lanjut bapak itu bilang, kalo sosok tersebut tak dapat diusir dari sini. Bahkan pada malam – malam tertentu. Jika ada orang yang teliti melihat kamar pojok di lantai empat ini, biasanya akan terlihat wanita berpakaian putih berdiri menghadap ke jendela sambil menggendong bayinya.
Esok harinya, aku baru bisa bertemu dengan Rio lagi. Dan ia pun bercerita, kalo ia segera pindah hotel. Setelah mengalami kejadian yang sama seperti ku, di kamarnya di lantai empat. Rio bercerita, di saat ia mandi. Malam itu dari arah kaca kamar mandi. Ia dapat melihat seorang wanita hamil sedang berdiri di depan pintu kamar mandinya. Dan terdengar suara tangisan dari wanita tersebut.  

Minggu, 05 Agustus 2012

05 Agustus 2012



RITUAL MEMBERIKAN SESAJEN
KEPADA PENUNGGU KOS




Baju, pakaian dalam sudah semua kumasukkan ke dalam ransel. Lusa aku akan munggahan. Suatu tradisi menjelang bulan puasa. Namun karena pekerjaanku yang cukup padat. Sebagai pegawai training, membuat hari puasa pertama ku tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya.
Rumahku di Ranca Engkek. Di bandung aku kos di Karang Setra. Dan itupun baru seminggu. Cukup dekat dengan tempat kerjaku di salah satu Mall di Sukajadi.
Malam itu sudah cukup malam untukku pulang. Belum lagi jadwal keretanya. Terpaksa malam itu aku tidak munggahan. Dan akan berdiam diri di kosan saja.
Di jalan pulang ke kosan. Aku merasa suasana di jalan sepi sekali. Ya mungkin karena sudah pada pulang ke kampung halamannya masing – masing kali yah?
Sampailah aku di kosan. Saat itu aku berpapasan dengan Mang Aking, dia penjaga kosan ku. Malam itu Mang Aking sedang menyapu halaman. Aku melempar senyum lalu beranjak masuk ke kamarku. Suasana kosanku sangat sepi. Karena teman sekosanku sudah pada pulang semua.
Sesekali suara sapu lidi Mang Aking yang sedang menyapu halaman terdengar.
Sssshhhh… Sssssshhhhh… Ssssssshhhhh……
Sebentar aku menyandarkan bahuku tanpa berpikir apa – apa. Tiba – tiba Handphoneku berbunyi. Kulihat ternyata itu ibuku.
“Ya Halo Mah.. Iya nih gak bisa pulang sekarang. Baru pulangnya nanti. Ah? Oooo.. Besok mau ke Sukabumi dulu? Yaudah deh, berarti kamis aja pulangnya. Yaudah..”
Aku baru bisa pulang hari Kamis. Berarti sampai lusa aku akan ngebangke nih di kosan. Aduh,,mana gak ada temen lagi. Aku mencoba menghibur diri dengan menyalakan tv. Saat aku nyalakan tv, lampu kamarku meredup. Sepertinya, listriknya tidak kuat. Daripada mati, aku matikan saja tv nya.
Hah? Suara orang mengobrol?? Masih ada orang yah di sebelah?? Bukannya udah pada pulang? Aku mencoba mengecek ke kamar sebelah. Dan saat ku ketuk pintunya, suara itu hilang. Aneh! Tapi, di depan pintu ada segelas kosong bekas kopi. Dan bekas puntung rokok kretek. Ah, mungkin sedang menonton atau hanya perasaanku saja mendengar suara tadi.
Aku pun kembali ke kamar. Saat akan masuk. Hah, Suara jendela? Aku lihat ke dalam kamarku, benar saja jendela kamarku terbuka. Ya mungkin angin. Aku mencoba berpikir positif. Saat aku akan menutup jendela kamarku lagi, tak sengaja aku melihat halaman kosan. Mang Aking sudah tidak ada di sana. Dan tiba – tiba.. Umhh.. tercium bau bunga melati. Tanpa pikir panjang aku langsung mentup jendelaku dan aku merebahkan diriku di tempat tidur sambil memainkan handphone. Saat itu ku lihat jam menunjukkan jam satu malam.
UAhhhh..   Mataku sudah cukup mengantuk. Dan aku bersiap untuk tidur. Lalu, “Assalamu’alaikum..”
“ASTAGA!!” aku langsung bangkit dari tidurku. Sangat jelas sekali. Kali ini, aku mendengar suara.. suara seseorang dari kamar ini. Aku buka pintu kamarku dan aku menengok ke sekitar. Ah tapi tidak ada siapa – siapa. Apa mungkin hanya perasaanku?
Saat aku akan menutup pintu kamarku. Dari bawah terdengar suara langkah seseorang menaiki tangga. Ah, ternyata itu adalah Mang Aking. Ia membawa sebuah kopi hitam lalu ia berikan kepadaku. “Mang Aking ini buat siapa?” Dan Mang Aking menjawab, “Ini kan untuk encep. Tadi disuruh ceweknya ke bawah bilang, kata encep suruh bikinin kopi item!”
“Ah, Mang Aking ini ada – ada aja. Jangan nakut – nakutin donk! Mana ada cewek Mang di sini! Daritadi juga sendiri.” Raut wajah Mang Aking tiba – tiba berubah. Lalu menyuruhku mengambil kopi hitam ini dan menyimpannya di pojok kamarku. Tanpa pikir panjang aku pun melakukannya. Mang Aking kembali turun. Aku pun kembali ke kamar.
Belum sampai lima detik. Pintu kamarku diketuk.
“Aduh.. Mang Aking ini apa lagi sih?!!” pintunya kembali ku buka. Ah, tapi Mang Aking tidak ada di sana. Dan terdengar suara geraman seseorang. Sangat jelas ku dengar. “Su…suaaara.. apa itu?” terdengar dari dalam kamarku. Dan saat aku menutup pintu kamarku.
“ASTAGA!!” aku melihat sesosok makhluk. Rambutnya hitam panjang menutupi wajahnya dan badannya sangat kurus serta pucat sekali. Tangannya panjang dan sosok itu sedang jongkok di pojok kamarku dekat kopi hitam itu. Aku sama sekali tidak bisa bergerak. Kakiku lemas. Dan…. Sosok itu melihatku. Matanya hitam dan mulutnya menganga sangat lebar. Aku meloncat kaget. Kepalaku sangat pusing. Aku ingin berteriak minta tolong. Namun suaraku tak keluar. Aku berusaha keluar dan merangkak.
Sosok itu bisa kurasakan kini berada di atas punggungku. Menimpaku berat sekali. Dadaku terhimpit… nafasku sesak. Aku memukul – mukul lantai kayu ini berharap seseorang mendengarku.
DAAGGG!! DAAGGG!! DAAGG!!
“TOLONG….. TOOLOOONGG…..”
Dan sukurlah aku melihat Mang Aking di depanku. Aku langsung beranjak dan berlari histeris memeluknya. “Mang Aking.. Mang Aking ada setan, Mang Aking…..!! Ada setan di kamarku Mang Aking!!” Mang Aking pun terdengar menjawab.
“Ceeep.. Istighfar Cep! Istighfar Cep…..”
Dan saat aku melihat. “ASTAGA!!” aku melihat Mang Aking berada di depan ku. Dan bukan yang ada di pelukanku. Saat itu kepalaku terasa sangat pusing. Dan aku pun jatuh tak sadarkan diri. Saat tersadar aku sudah berada di kamarku. Aku melihat keluar. Hari sudah pagi. Aku pun bergegas ke bawah menemui Mang Aking.
Aku menceritakan dan bertanya tentang kejadian semalam. Dan Mang Aking pun cerita. Bahwa sudah menjadi tugasnyalah, setiap malam sebelum masuk bulan puasa, ia memberikan sesajen kepada penunggu kosan ini.  Berupa kopi hitam ataupun rokok kretek. Dan malam itu, adalah malam bagian kamarku yang belum ditaruh sesajen.